05 Maret 2009

PURWOKERTO, SASTRA, DAN KOMUNITAS

Beberapa bulan lalu saya mendapat undangan peluncuran buku antologi puisi Penyair Bengal karya Muhammad Mayat Ayatullah dan mendapat kehormatan untuk menjadi pembedah buku tersebut dalam buku tersebut. Acara tersebut merupakan salah satu rangkaian dari acara yang diadakan oleh komunitas sastra Hujan Tak Kunjung Padam (HTKP) yang bertajuk Peluncuran Antologi Puisi Pendiri HTKP. Selain Muhammad Ayatullah, masih ada empat penyair lagi yang meluncurkan karyanya yaitu; Aliv V. Essessi, Ari Bledeg Purnomo, Agustav Triono, dan Yudhistira Sibir Jati.

Dewasa ini, di Banyumas dalam hal ini Purwokerto, sering diadakan kegiatan kesusastraan yang dimotori oleh kaum muda yang tergabung dalam komunitas sastra. Terhitung ada beberapa komunitas sastra yang eksis melahirkan penulis-penulis muda berbakat dan mencantumkan nama mereka di beberapa media masa lokal maupun nasional.
Selain komunitas sastra HTKP masih ada beberapa nama yang meramaikan geliat kesusastraan Purwokerto, antara lain; Komunitas Sastra Alam (SALAM), Segara, Komunitas Sastra Indonesia Cab. Purwokerto, Forum Lingkar Pena (FLP) Cab. Purwokerto, Komunitas Sastra Dukuh Waluh, Bunga Pustaka, Sanggar Sastra Wedang Kendhi (SSWK), dan Purwokerto Literary Community (PLC).

Munculnya komunitas sastra di Purwokerto tidak terlepas dari pengaruh dari kota lain seperti Yogyakarta, Solo, Semarang dan Jakarta yang terlebih dahulu ada dan terbukti memebesarkan sastrawan-sastrawan di kota tersebut.

Sejarah
Jika kita menilik ke masa lalu, komunitas sastra di Purwkoerto telah ada sejak tahun 1971. Pada waktu itu berdiri Sanggar Pelangi yang dimotori oleh Dharmadi dan kawan-kawan. Lalu pada tahun 1974 lahir Himpunan Penulis Muda (HPM); dan diikuti oleh berdirinya Lingkar Seni dan Budaya pada tahun 1986; dan kancah Budaya Merdeka pada tahun 1993.

Dari komunitas-komunitas tersebut lahir beberapa nama antara lain Mas’ut, Bambang Set, Dharmadi, Surya Esa, Herman Affandi, Ahita, Edi Romadhon, dan Nanang Anna Noor.

Peranan Komunitas Sastra
Komunitas sastra adalah sekelompok individu yang cinta dan aktif berkegiatan mengapresiasikan sastra secara bersama-sama. Kegiatan tersebut tentunya memiliki tujuan mengembangkan kesusastraan. Sedangkan kegiatan pengapresisasian sastra dari komunitas tersebut antara lain: penulisan karya sastra, pembacaan karya sastra, diskusi, penerbitan karya dan sebagainya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa komunitas sastra memiliki peran yang cukup besar bagi perkembangan sastra terutama di daerah. Setiap komunitas sastra memeiliki ikatan yang kuat dengan komunitas lain. Dalam perkembangannya terjadi sistem jaringan yang kuat yang saling bahu-membahu memeperkenalkan karya sastra kepada komunitas lain.
Komunitas sastra juga berperan dalam mengangkat nama individu. Individu tersebut akan lebih mudah dikenali jika mereka membawa nama komunitas tempat mereka aktif bersastra.

Selain itu, komunitas sastra juga berperan sebagai motor penggerak geliat kesusastraan di suatu wilayah. Semakin banyak komunitas sastra yang ada di suatu daerah, kegiatan bersastra di daerah tersebut pun semakin sering dan beragam.

Peran Komunitas Sastra di Purwokerto
Sejak semakin sedikitnya sastrawan senior di Purwokerto yang masih aktif berkarya dan berkegiatan sastra, maka komunitas sastra yang dimotori oleh anak-anak muda tersebut yang kembali menggeliatkan kegiatan berkesusastraan di kota mendoan ini.
Berbagai macam kegiatan dilakukan oleh komunitas tersebut. Seperti misal acara Ngobras atau Ngobrol Bareng Sastra yang diadakan oleh antar komunitas yaitu SSWK, SALAM, dan HTKP, diskusi setiap malam Kamis oleh Bunga Pustaka, dan diskusi Rabu malam oleh PLC. Juga penerbitan Buletin Kakawin oleh Komunitas SALAM, Buletin Wedang Kendhi oleh SSWK.

Selain itu juga penerbitan buku oleh komunitas sastra tersebut. Penerbitan tersebut antara lain antologi puisi Desire Dia yang Terlupakan, Terimakasih, dan novel Habis Terang Terbitlah Gelap (SALAM), antologi puisi Jejak Tapak Langkah, CPNS Calon Penyair Negeri Sastra, Penyair Bengal, Sajak Sampah, Berkawan Hujan, Panggung, Dalam Asap Kata-Kata, Mata Malam, antologi cerpen “Banyumas” (Banyumas dalam Tanda Kutip), kumpulan naskah drama Bangka, dan kumpulan naskah monolog Orang-Orang Tak Terkenal (HTKP), antologi puisi Makan Malam, Sepotong Cinta Di Ujung Sepatu, dan Belajar Menulis Sajak Cinta (SSWK).

Teater
Selain komunitas sastra, kegiatan kesusastraan di Purwoketo juga tidak lepas dari peran komunitas teater. Hal ini disebabkan adanya keterikatan batin antara sastra dengan teater. Komunitas teater mengapresiasikan sastra ke atas panggung dalam wujud pementasan.

Di sela-sela berteater, mereka biasanya mengadakan acara yang berbasis sastra seperti malam apresiasi puisi, peringatan Chairil Anwar, tadarus puisi, lomba baca puisi, lomba penulisan cerpen, seminar sastra, dan sebagainya.

Sanggar Sastra Wedang Kendhi, Januari 2009

0 komentar:

Posting Komentar