13 Agustus 2010

CERPEN RYAN RACHMAN DI SUMUT POS, MINGGU, 25 JULI 2010

WONG PINTER

Biru sedang mengguyur langit pagi itu. Beberapa ekor burung gereja berkejaran menaiki kereta angin lalu hinggap di sebuah kawat listrik. Angin berhembus syahdu. Ranting pohon nagka yang derdiri di depan rumah bergoyang-goyang. Beberapa lembar danunnya yang sudah menguning patah dan terombang-ambing dan jatuh ke tanah.

Tiba-tiba sebuah sedan hitam buatan Korea berhenti di depan rumah. Lalu keluar seorang lelaki berpeci miring dari pintu sebelah ruang kemudi. Berlari kecil mengitari sedan lalu membukakan pintu belakang. Tampak seorang bepenampilan perlente keluar dari sedan itu. Tubuhnya gemuk, mukanya bulat, pakaiannya necis. Kelihatannya orang kaya. Lama saya amati. Dia mirip dengan orang yang gambarnya terpampang di koran. Ya benar. Dia adalah salah satu dari calon bupati yang akan dipilih pada pilkada bulan depan.

Saya persilahkan dia masuk ke ruangan kerja saya. Dengan ramah dia berbicara. Ternyata dia enak juga diajak bicara. Setelah menikmati teh hangat bikinan istriku, dia mulai mengutarakan maksud kedatangannya. Dia meminta bantuan saya untuk didoakan agar terpilih menjadi bupati. Dan dia ingin lawan satu-satunya kalah dalam pilkada mendatang.

Saya menyanggupinya.

Setelah itu, dia bangkit dan pamit. Tidak lupa, sebelum keluar dari ruang kerja saya, dia memberikan sebuah amplop kepada saya sebagai tanda terimakasih sambil senyum kemenangan mengembang di bibirnya. Saya pun mengantarnya hingga halaman depan.

Setelah sedan itu berjalan dan tidak terlihat lagi, saya segera masuk ke rumah dan membuka amplop pemberiannya. Dua juta rupiah. Saya kira itu jumlah yang lumayan banyak sebagai imbalan untuk pekerjaan saya.

Langit yang sama, burung yang sama, angin yang sama dan dua setengah jam dari waktu yang sama seperti kemarin. Sebuah mobil bercat metalik. Kali ini buatan Jerman. Berhenti di depan rumah. Kali ini supirnya tidak keluar membukakan pintu pemiliknya. Kali ini pemiliknya sendiri yang keluar tanpa ditemani supir. Tubuhnya tegap, berjanggut dan berkumis tipis. Dengan gagah dia berjalan menuju ke arah saya. Setelah saya amati ternyata dia juga salah satu calon bupati untuk pilkada yang akan datang. Benar. Dia adalah lawan dari calon yang kemarin datang ke rumah saya. Mau apa gerangan dia?

Setelah bersalaman, saya persilahkan dia masuk ke ruang kerja saya. Setelah minum –kali ini bukan teh hangat melainkan kopi dan masih bikinan istri tercinta- dia mengutarakan maksud kedatangannya ke tempat saya. Ternyata tujuannya sama dengan tujuan orang yang datang kemarin. Dia menginginkan kemenangan pada pilkada besok sehingga dia meminta bantuan saya untuk didoakan. Dia juga ingin agar lawan satu-satunya nanti kalah.

Saya bimbang. Kenapa dua orang calon bupati meminta bantuan saya agar mudah memenangkan pada pilkada nanti. Akhirnya dengan terpaksa saya menyanggupi keinginan orang itu.

Begitu mendengar jawaban saya yang menggembirakan hatinya, dia segera bangkit dan minta pamit. Katanya dia masih harus mengurus persiapan untuk kampanye nanti sore. Saya pun tersenyum menanggapinya. Lalu dikeluarkannya amplop dari sakunya. Sambil menyalami saya dia mengucapkan terima kasih kepada saya. Lalu saya antar dia hingga halaman depan.

Setelah itu mobilnya mulai bergerak dan menjauh dari saya. Lalu saya masuk ke rumah dan segera membuka amplop yang diberikan oleh orang tadi. Dua juta. Jumlah yang sama dengan uang yang diberi oleh orang yang kemarin.

Dua orang calon bupati datang meminta bantuan kepada saya agar dimenangkan dalam pilkada nanti. Keduanya sama-sama kandidat yang kuat dan sama-sama memiliki masa yang banyak. Keduanya memberikan imbalan dengan jumlah yang sama kepada saya, Mbah Marno, yang kata orang saya adalah orang yang pintar dan terkenal di kabupaten ini. Dan saya mengatakan ya kepada keduanya.
***
Masyarakat di kota ini mentasbih diriku sebagai wong pinter. Mereka menganggap aku sebagai seorang yang memiliki kesaktian seperti wali bisa membuat keinginan seseorang terwujud. Padahal aku merasa biasa-biasa saja. Aku adalah manusia normal seperti mereka. Jika perutku lapar aku harus makan seperti mereka. Jika tenggorokkanku kering aku harus minum air sama seperti mereka. Jika aku lelah dan mengantuk aku pun harus membaringkan tubuh dan memejamkan mata seperti mereka. Aku juga bekerja mencari uang untuk menafkahi istri dan ketiga anakku.

Aku lebih suka disebut sebagai seorang yang pintar karena memang kegemaranku membaca buku. Buku apa saja. Buku tentang agama terutama Islam, tafsir, hadist, dan sejenisnya yang sebagian besar bertuliskan huruf arab gundul. Selain itu, buku tentang ekonomi, politik, sejarah, sastra, kesehatan, hingga berkebun, merawat kelinci, dan resep masakan.

Memang, suatu ketika, beberapa tahun lalu bibirku tak sengaja pernah berucap pada salah seorang tetanggaku tentang keberuntungan. Tetaggaku tersebut curhat kepadaku saat pulang dari mushola. Dia sedang bingung karena terlilit hutang yang lumayan banyak. Karena aku tak memiliki uang sebayak itu, aku hanya bisa memberikan doa semoga tetanggaku tersebut diberi jalan dan kemudahan agar bisa membayar hutangnya. Tak selang berapa hari, tetanggaku tersebut datang kepadaku membawakan bungkusan berisi makanan dan sejumlah uang did lam amplop kecil. Katanya, dia baru saja mendapat rezeki dari Allah. Dia baru saja memenangkan undian seratus juta dari bank tempatnya dia menabung.
Mungkin sejak itulah namaku mulai menjadi buah bibir di masyarakat ini sebagai wong pinter. Ditambah lagi latar belakangku yang seorang alumni pondok pesantren terkenal di Jawa Timur dimana salah satu santrinya pernah menjadi pemimpin di negeri ini menambah bumbu akan pentasbihan sebagai wong pinter.

Namun tujuan sebenarnya aku mondok bukan untuk menjadi wong pinter, namun semata-mata hanya ingin belajar lebih dalam tentang agamaku dan tentunya aku akan lebih dekat dengan penciptaku. Itu saja, tidak lebih.
***

Malam hari menjelang. Langit tampak bersih dari mendung. Yang ada hanya sebuah bulan yang nampak bundar seperti loyang raksasa dan bintang-bintang yang berkeliaran tak tentu arah. Suara binatang malam bersahut tak henti-hentinya tak ubah sebuah alunan simponi yang harmonis menyanyikan tentang malam. Pilkada berlangsung besok pagi. Sekarang pukul sembilan malam. Segera setelah selesai menonton sinetron yang sudah lebih dari tiga kali dibuat sekuelnya dan membosankan, saya melangkahkan kaki menuju sumur untuk mengambil air wudu dan menjalankan salat Isya. Setelah selesai salat, dalam remang saya berdoa agar pilkada besok pagi bejalan dengan baik dan lancar. Tidak ada kecurangan dan manipulasi. Tidak peduli siapa yang nati terpilih menjadi bupati, apakah calon yang gendut itu atau calon yang tegap itu. Yang jelas, jika sudah menjadi orang nomor satu di daerah ini, janganlah dia lupa terhadap janji-janji yang diucapkan pada saat kampanye. Jangan membohongi rakyatnya.

Saya akhiri doa saya dengan bacaan Al-Fatihah. Dengan begitu saya, si wong pinter, telah mendoakan kedua calon bupati tanpa pilih kasih. Lalu saya bangkit dan menuju ke tempat tidur untuk istirahat. Di sana telah terbaring sesosok perempuan cantik dengan senyum mengembang di bibirnya. Lalu aku berbaring di sebelahnya dan mengahiri hari dengan mimpi.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Perkenalkan nama saya zull fikar. Dan saya ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH JONOSEUH atas bantuannya selama ini dan saya tidak menyanka kalau saya sudah bisa sukses dan ini semua berkat bantuan MBAH JONOSEUH,selama ini, saya yang dulunya bukan siapa-siapa bahkan saya juga selalu dihina orang2 dan alhamdulillah kini sekaran saya sudah punya usaha Restoran sendiri,itu semua atas bantuan beliau.Saya sangat berterimakasih banyak kepada MBAH JONOSEUH atas bantuan nomor togel dan dana ghaibnya, dan saya yang dulunya pakum karna masalah faktor ekonomi dan kini kami sekeluarga sudah sangat serba berkecukupan dan tidak pernah lagi hutang sana sini,,bagi anda yang punya masalah keuangan jadi jangan ragu-ragu untuk menghubungi MBAH JONOSEUH karna beliau akan membantu semua masalah anda dan baru kali ini juga saya mendaptkan para normal yang sangat hebat dan benar-benar terbukti nyata,ini bukan hanya sekedar cerita atau rekayasa tapi inilah kisah nyata yang benar-benar nyata dari saya dan bagi anda yg ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH JONOSEU di 0823 4444 5588 dan ingat kesempatan tidak akan datang untuk yang ke 2 kalinya terimah kasih..

Posting Komentar