13 Agustus 2010

Puisi-Puisi Ryan Rachman Di Sumut Pos, Minggu 20 Juni 2010

TANGAN KANAN

Tiba-tiba saja tangan kananku lenyap tanpa rasa
Padahal ada sekotak sajak yang harus terjejak
Sajak yang telah lama tak datang berkunjung
Pada setiap separuh malam-malamku

Kemana aku harus menemu tangan kananku
Pada separuh malam?
Atau pada sajak-sajak yang belum terjejak?
Padahal separuh malam berikutnya telah menganga
Padahal kertas-kertas pena-pena telah mendera

Aku pun terdiam
Mengutuk waktu
Mengutuk siapa saja yang mencuri tangan kananku

Dan sajak kembali tak dapat terjejak


MAKA KAN KUJELMA KAU

Panggil aku malam
Maka kan kujelma kau serupa gemintang
Pijar menerang di wajah jiwa

Panggil aku pohon
Maka kan kujelma kau selaksa daun
Hijau menyejuk di relung dada

Panggil aku lelap
Maka kan kujelma kau sewajah tawa
Renyah mewarna di ruang mimpi

Panggil aku cinta
Maka kan kujelma kau sebagai kekasih
Damai mengalir di ulu hati



JENDELA

Kugantung retina mata elangku
Di balik kaca jendela kamarmu
Biar kubaca rahasiamu
Membaca malam-malammu

Seperti bintang yang kau tatap dari balik jendela
Aku melempar padma dari jiwa
Sebagai lentera yang tergantung di tanganmu
Menerang gelap
Menerang lelap


EDELWEISS

Tersenyumlah padaku o bunga keabadian
Berikan warna terputih di kelopak wajahmu
Pada jiwa resah pada tubuh lelah

Telah kurunut peta buta
Kurayap puncak tertinggi
Kusibak udara terbeku
Mencari jejakmu

Di puncak kesunyian
Abadi kau bersemayam
Menatap matahari datang dan hilang
Mendekap dingin yang paling kering

Tersenyumlah padaku o bunga keabadian
Tak kupetik kau tak
Biar terpatri warnamu

Seperti gunung sahajamu tersunting
Seperti lembah sunyimu terpatri
Seperti permata abadimu tersemat

Maka tersenyumlah padaku o bunga keabadian


Ryan Rachman, mahasiswa FISIP Jurusan Ilmu Budaya Unsoed Purwokerto

0 komentar:

Posting Komentar