15 Juni 2009

PUISIKU DI KORAN SINDO

Minggu, 14 Juni yang lalu, enam buah puisiku muncul di Koran Sindo
Puisinya sebagai berikut:

AKU PUN PULANG

Aku pun pulang
Berkendara malam dan deru aspal beku
Pulang menjemput rindu
Pada aroma bunga yang ditanam ibu di depan rumah
Pada bisik pasir yang diramu bapak menjadi istana
Pada lengking yang tersiar dari bibir adik-adikku

Dan aku pulang
Sebab aku hampir lupa
Bagaimana cara melelapkan mata pada kasur busa
Dan malam semakin basah

Sumpyuh, November 2008

LAMGIT MALAM

Langit tetaplah langit
Dia menyimpan sejuta rahasia
di laci-lacinya
Tumbuh beribu pohon penuh terka

Dan aku tetaplah di sini
Ryan kecil tanpa laku
Mendongak menebabg langit
Bersama malam menempuh waktu
Mati dalam kutuk batu

Sanggar Sastra Wedang Kendhi, September 2008


DAUN EUPHORBIA

Aku datang pagi ini
membawa daun Euphorbia
Berwarna cinta
Yang kupetik dari daun langit

Kupetik pintu dan jendela hatimu
Hati merahmu
Semerah dau euphorbiaku

"Kenapa tak kau bawa bunga yang merah?"

Karena daun
Yang menghidupkan bunga

Purwokerto, Juli 2008

LENCANA


Memetik nafas hijaumu
Di antara puisng-puing wangi bulan sabit
Seperti menyemat lencana matari emas
Di dada tanpa rongga

Berpijar!
Nafasmu pijar

Purwokerto, Februari 2008

ATHURIUM

Kekasih
aku meminangmu
menjadi sigaraning nyawaku
dengan anthurium jemanii katalog indukan
sebagai mas kawinnya

Purwokerto, Juli 2008

KEPADA SETIAP KAPAL

Kepada setiap kapal
Yang bertolak dari pelabuhan ini
Di mataku
Selalu ada puluhan malaikat mengiring di geladak
Memberi rasa percaya pada pundak nahkoda
Menggendong jiwa-jiwa bertandang ke haribaan ibunda

Namun ada puluhan banaspati
Membayang di buritan
Menyulap angin menjadi badai
Menjelma ombak menjadi monster raksasa
Mengoleng kapal
Membuta nahkoda

Kepada setiap kapal
Yang bertolak dari pelabukan ini
Dalam laut dapat diduga
Isi laut siapa terka
Ikan bisa menjelma gurita raksasa
Buih bisa menjelma pusar air mata

Seperti hutan,
Laut adalah belantara tak bertuan
Penuh tanda Tanya
Kita bisa berburu lumba-lumba
Melihatnya menari di atas karpet air
Namun bilamana
Hiu pun tak segan mengaum
Melontarkan gigi-gigi pisaunya

Kepada setiap kapal
Yang bertolak dari pelabuhan ini
Maka segera bersurat
Bila sauh tlah kau unduh

Purwokerto-Kebumen, September 2008


Selamat, selamat sekali lagi selamat

1 komentar:

Puput Palipuring Tyas mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Posting Komentar