25 Januari 2009

SAJAK PEMULUNG TUA


Langkah berat beriring mengukur waktu
Telapak tanpa alas masih diseret menghitung arah
Tapakkan ke atas aspal panas tersulut matahari
Tinggalkan jejak nanah kemilau

Lelaki itu masih memilih nasib
Di antara tumpukkan sampah
Sesekali ditemukannya malaikat sedang
Berlindung di dalam putung rokok
Lalu dipercikannya api sehingga Malaikat itu
Menjelma kepulan asap
Dan meruang dalam rongga jiwa

Tiba-tiba
Sebuah bidadari muncul dalam
Botol bekas wishky yang pecah pucuknya
Ditimangnya bidadari itu lalu diberikan
Padanya sebuah istana keranjang
Di atas punggung yang retak

Dia terbatuk
Penyakit lamanya kambuh menghantam
Dadanya dengan perlahan tapi pasti
Lalu segumpal darah membuncah membentur
Dinding langit dan membuat noda pada
Setiap percikannya

Istirahat sejenak?
Tidak
Jika aku istirahat sekerlip saja
Nanti kedua peri di istana kardusku
Makan apa?

Dia masih mengukur waktu dengan kakinya
Yang bengkak dan telapak yang bernanah
Dia masih memberi istana keranjang di
Belakang punggungnya kepada bidadari Bidadari yang ditemuinya
Dia masih membuat noda noda di
Atap langit dengan semburan darah dari Mulutnya
Masih
Masih
Masih
Hingga malaikat
Dan bidadari yang dia temui
Mengiring jalannya menuju awan

Lelaki tua itu melihat dua peri yang Ditinggalkan
Di istana kardusnya
Datang memberi senyum mesra
Kepadanya
Dan istana keranjang di punggungnya
Seketika menjelma menjadi
Sayap sayap putih berkilau

Purwokerto, 2005

0 komentar:

Posting Komentar