07 Januari 2010

KALAU INI CERPEN YANG DI RADAR BANYUMAS

Radar Banyumas, Minggu, 3 Jnauari 2010


DEMI ISTRI TERCINTA


Sudah satu minggu ini kampungku menjadi gempar. Kampung yang biasanya tenteram di setiap harinya dan tenang di setiap malamnya. Kampung yang setiap penduduknya selalu ramah satu sama lain. Tiba-tiba menjadi ramai, sejak tersiarnya kabar bahwa munculnya pencuri yang selalu mengambil ternak milik warga.

Sudah dua kasus pencurian dalam minggu ini. Pertama terjadi pada malam Selasa. Kejadian itu terjadi di rumah Kang Parlan. Senin sore, Kang Parlan baru saja memberi makan pada ketiga ekor ayam bangkoknya dan memasukkan ke dalam kandang. Memang ayam-ayam bangkok Kang Parlan terkenal jawara dalam setiap adu ayam. Paginya ketika dia bangun untuk salat subuh, dia merasakan hal yang aneh. Tidak seperti biasanya subuh itu ayam-ayamnya tidak berkokok.

Kang Parlan heran, bertanya dia dalam hati, apa gerangan yang terjadi dengan ayam-ayamnya. Lalu dia keluar untuk memastikan keadaan ayam-ayamnya. Ternyata apa yang terjadi? Didapatinya pintu kandang telah terbuka, gemboknya tergeletak di tanah dekat pintu. Padahal dia sudah menggembok pintunya kemarin sore. Dan ketiga ayam bangkok kesayangannya raib tanpa bekas tanpa jejak.

Selang dua hari kejadian itu terjadi lagi. Kali ini dialami oleh Mbah Warjo. Dua ekor ayam betina yang dipeliharanya selama satu tahun lenyap. Entah mimpi apa dia semalam. Babon yang selama ini dia pelihara dengan penuh kasih sayang, babon yang sejak masih kecil-kecil diberinya makan dengan teliti hingga besar raib. Padahal sehari sebelumya, Mbah Warjo bercerita kalau dia akan menjual kedua ayamnya di pasar untuk membeli beras. Kini Mbah Warjo hanya bisa meratapi nasibnya dengan hati kecewa. Sungguh kasihan Mbah Warjo. Sungguh kurang ajar pencuri itu.

Dulu kampungku adalah kampung yang aman. Kampung yang tertib. Kampung yang dimana pada setiap malamnya anak-anak bermain petak umpet di pelataran. Kampung yang warganya ramah dan selalu tegur sapa. Tapi sejak kejadian pencurian itu kampung tidak seperti dulu agi. Setiap orang selalu was-was kalau-kalau rumahnya disatroni pencuri. Setiap orang menjadi saling curiga kalau-kalau orang yang ditemuinya adalah pencuri yang selama ini meresahkan.

Akhirnya pada sebuah rapat di rumah Pak RT disepakati jika program siskamling yang sempat vakum digiatkan kembali. Kalau dulu yang ronda hanya dua orang kini ditingkatkan tiga kali lipat. Poskamling yang dulu pada setiap malamnya sepi, kini dioptimalkan kembali. Pokoknya keamanan ditingkatkan kembali. Dan warga diminta selalu waspada setiap saat.

Dan malam harinya, hasil rapat tersebut segera direalisasikan. Enam orang warga melakukan ronda termasuk aku. Kami kumpul di poskamling pukul sembilan. Sebelum keliling kami ngobrol sejenak tentang kejadian pencurian yang terjadi selama ini sambil menikmati rokok dan ubi rebus.

Pukul sebelas kami pun bersiap-siap untuk keliling. Kami membagi tugas. Dua orang ke arah timur, dua orang ke arah barat, dan sisanya bertugas menjaga pos. Masing-masing kelompok membawa kentongan, dan lampu baterei.

Baru seperempat jam berjalan aku melihat seseorang dengan pakaian serba hitam dan mukanya ditutupi dengan sarung seperti ninja, gerak-geriknya mencurigakan. Tangan kirinya memegang sesuatu seperti ayam, ya ayam. Aku beri tahu kawanku tentang hal itu dan menyuruhnya untuk memperhatikannya dengan seksama. Orang yang tersebut terlihat akan masuk rumah Pak RT melalui jendela. Spontanitas, kami berteriak sambil berlari.

“Maling….maling…!!”

Karena mendengar teriakkan, pencuri itu pun kelabakan dan lari. Apalagi warga banyak yang keluar dari rumah mereka dan ikut bersama kami mengejarnya. Sampai di kebon pisang, kami kehilangan jejak. Dia bersembunyi di sana. Kami pun mengadakan proses pencarian.

Tidaklah diperlukan waktu yang lama untuk mendapatkan apa yang kami inginkan. Dengan personel yang ada, sekitar seperempat jam akhirnya kami menemukannya. Pencuri itu sedang bersembunyi di bawah sela-sela batang pohon pisang dengan seekor ayam di tangan kirinya. Tanpa komando, warga pun segera mengepung dan menghujaninya dengan pukulan dan tendangan hingga babak belur, terkapar tak berdaya.

Melihat kejadian itu, aku pun segera mengambil tindakan untuk menghentikannya.

“Hentikan…hentikan saudara-saudara…!”

Mereka pun menghentikan kegiatan mereka.

“Kita tidak boleh main hakim sendiri. Dia sudah tidak berdaya, lebih baik kita bawa ke kantor polisi, biar aparat keamanan yang menanganinya. Coba kita lihat siapa sebenarnya pencuri yang telah meresahkan warga ini.”

Aku pun membuka kain sarung yang menutupi wajahnya. Betapa terkejutnya kami. Tidak bisa dipercaya. Ternyata orang yang selama ini meresahkan warga dan membuat kampung tidak tenang adalah Pak RT. Setelah di interograsi oleh warga kenapa dia mencuri, ternyata masalahnya cuma sepele tetapi tidak bisa di anggap remeh. Istrinya yang sedang hamil tua ngidam ingin makan ayam goreng, namun ayam itu harus didapatkan dengan cara mencuri. Jika tidak, dia tidak mau makan apapun.

Kini Pak RT harus menginap di kantor polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dan istrinya tidak bisa memenuhi keinginan si jabang bayi.

0 komentar:

Posting Komentar