14 Juli 2008

MEMBACA MALAM

Membaca malam tanpa bintang yang berenang di laut ilalang dini hari. Batu-batu yang beku terbunuh sunyi. Daun-daun menguning kering jatuh perlahan bergoyang tanpa angin yang menyalak. Tanah yang lemban mengatupkan kelopaknya

Membaca malam tanpa dednyut waktu yang mengerang. Perawan tua menyelam di sungai mimpi di atas tubuh keringnya. Adalah momentum sunyi bagi jiwanya yang telah letih oleh segala peluh dunia siang

Membaca malam dalam seribu sepi yang membakar degub langit. Penyair tua bergetar jiwa binalnya. Memungut memoria lalu yang tercecer di ujung-ujung jarum jam yang menggantung di dadanya. Merunut futura yang menempel di setiap lembar cakrawala yang menganga di kotak-kotak zenit. Seperti pendulum tukang sulap, berpusing tak pernah jera. Membongkar wajah dan mata maya

Membaca malam di wajah bumi. Malam tak akan mati

Sanggar Sastra Wedang Kendhi, September 2007

0 komentar:

Posting Komentar