puan siapa yang tak menanggung duka
bila waktu mencuri tuannya dalam medio tak terjumlah?
aku menemukan berpucuk-pucuk rindu di kotak surat oranye di beranda kepalaku bertuliskan namamu, dinda: puan yang selalu mengemas air mata dari kali pertama perpisahan hingga nanti persuaan. air mata yang dikirim oleh bisik tanah rekah dimana kaki ku pijak. oleh bisik mendung yang menggantung dimana kepalaku berpayung
puan mana yang tak selalu mengurai isak
bila kilometer menutup matanya untuk menatap tuannya?
Kebumen, Oktober 2008
01 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar